Selasa, 12 Juli 2011

THE KEY

Semakin hari aku merasa benar-benar terjebak. Terlalu sulit untukku membuat kunci demi membuka perangkap itu. Mereka mengunciku dengan sangat kuat hingga aku tidak bisa kemana-kemana. Aku hanya terus bertahan dan mencoba untuk mengahncurkan jebakan yang sudah 2 tahun ini membelenggu hidupku. Oh Tuhan, aku dihadapkan antara 2 pilihan. Tetap bertahan pada kondisi seperti ini lalu fokus demi kebahagiaan orang tua dan adik-adikku, atau aku memutuskan untuk mengambil pilihan kedua, menjadi penulis lalu mengorbankan apa yang akan aku dapatkan dengan instan Perusahaan ini. Mereka selalu bilang kalau aku tetap mengikuti idealisku maka sama saja aku egois,aku memikirkan kesenangan pribadi ku sendiri tanpa peduli dengan Ibu dan adik-adikku di sana. Dan kalaupun aku keluar secara paksa tanpa membuat kunci pembuka jebakan itu, apakah aku akan bisa bertahan dengan kejamnya Kota Jakarta ini ? Ketakutan itu selalu menghantui hari-hari ku, aku benar-benar 'benar' stuck pada situasi ini, aku bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Lalu kamu hadir, ya kamu, yang barusan memberikan ku coklat pesanan teman-teman ku. Aku bukan berharap pada coklat itu, tapi aku cuma berharap melalui coklat itu kita bisa bersama lagi, seperti dulu. Tapi itu sulit, kamu membuatku putus asa dengan sikap cuek mu itu. Respon mu terhapad ku hanya sebatas respon terhadap coklat yang aku 'sengaja' pesan demi bertemu denganmu, walaupun hanya sedetik. Aku cuma berharap suatu saat melalui coklat swiss harga nasional yang kamu bilang barusan bisa membuat kita kembali bersatu...

Jumat, 08 Juli 2011

CERPEN KOLABORASI

Tentang Cinta #KolaboraLis *Tim Merah*

Cerita ini tentang cinta. Namun bukan cinta yang selama ini kalian kenal.
Cinta memang selalu rumit, sangat jauh dari logika. Love is absolutely nothing! Yang kutahu cinta itu tidak pernah ada artinya. Cinta hanya produk industri musik dan film yang mendayu-dayu dan demi kepentingan komersil semata. Cinta bisa datang dan pergi sesuka hatinya. Aku pun tak yakin aku bisa mencintai seseorang. Atau mungkin setelah ini persepsiku bisa berubah? Who knows and who cares. Cinta itu bagaikan ditabrak truk. kita tak akan pernah tahu dan memperkirakan kapan, dimana dan bagaimana bisa terjadinya. Dan si ‘supir truk’ yang menabrak kita, tak akan bisa bertanggung jawab atas sesuatu yang diperbuatnya.Haha. Itu anugerah atau musibah ya? Namun sesungguhnya cinta itu benar-benar buta, saking butanya cinta kadang bisa mempersatukan majikan dengan pembantu, romeo dan juliet yang orang tua mereka bahkan tidak meresetui,  hachiko dengan tuannya dan bisa mempersatukan dua orang koboy pada film BrokeBack Mountain. Yah cinta memang unik. Sebuah anugerah paling indah yang pernah diciptakan Tuhan yang dimiliki semua mahluk ciptaannya. Cinta selalu hadir pada setiap sisi kehidupan kita, tak peduli orang itu jahat sekalipun, cinta tak pernah permisi untuk menghunuskan anak panahnya dalam waktu yang tidak pernah kita duga. Oh Cinta… Jika kau adalah sebuah buku yang belum selesai kutulis, maka aku akan mengedit semua akhir kisah cintaku menjadi klimaks yang paling laris dipasaran. Hahaa… Tapi Cinta selalu hadir di saat aku belum siap untuk menuliskannya.
Sebenarnya aku tahu, cinta bukan hanya perasaan suka-sukaan semata. Cinta adalah hati, dan dari semuanya, hatilah yang bekerja dan mengambil keputusan. Hatilah yang menjawab pertanyaan dari cinta, dan terkadang memang sulit untuk diterima oleh akal sehat.. Jadi, kesimpulan yang bisa ditarik dari semua hal di atas adalah : Cinta itu begitu rumit, beragam, dan tak seorangpun memahami arti sebenarnya. Sehingga banyak sekali beredar pengertian cinta dalam berbagai versi yang bertujuan mengungkapnya setajam-tajamnya.
Nah, beginilah awal mula kisah cintaku. Pagi itu aku berangkat kerja seperti biasa. Mencari duit demi sesuap nasi dari nada-nada yang kulantunkan di tepi jalan ini. Aku memang hidup dari bermusik, walau banyak orang-orang lalu lalang tak peduli untuk sedetik saja mendengarnya. Namun sebagian dari mereka yang berhati mulia sudi melemparkan koinnya yang tidak seberapa nilainya itu. Kadang aku berpikir bagaimana bisa aku hidup seperti ini terus. Aku bisa mati kalau hanya makan dari koin-koin yang hanya bisa membeli permen. Aku terus menanti keajaiban. Tapi lama-lama aku kesal, rasanya ingin bunuh diri.
Tapi aku cuma pasrah menjalankan pekerjaan ini karena tuntutan hidup. Orang tuaku tak mampu membiayai sekolahku, memaksaku untuk mencari uang tambahan demi kelangsungan masa depanku sendiri. Kebetulan aku tidak memiliki bakat apa-apa selain menyanyi. Jadi daripada menganggur pikirku, aku memutuskan untuk menjadi pengamen jalanan. Oke, mungkin orang menganggap sebelah mata tentang pekerjaan yang aku lakukan ini, tapi apakah kalian menyadari bahwa ada beberapa orang yang terhibur dengan laguku ? Walaupun ibuku dirumah tak segan meneriaki ku setiap aku sedang bernyanyi di kamar mandi, aku tetap kekeuh kalau aku bisa menghibur orang dengan cara ini.
Lalu aku mulai mengamen disekitar jalan-jalan kota yang ramai didatangi orang-orang. Disetiap gerombolan orang yang sedang makan disebelah bangunan-bangunan tua itu, aku memainkan gitar dan bernyanyi lagu andalanku. Lagu yang membuat aku tegar menjalani kehidupan ini dan membuat aku bersabar terhadap orang-orang yang bahkan tidak mau mendengarkan aku bernyanyi, apalagi mengharapkan mereka melemparkan uang koinnya. Lagu ini sebenarnya ciptaan dari seorang vokalis band terkenal di sekolah ku. Jujur, sebenarnya aku bukan hanya menyukai karyanya tapi juga menyukai vokalis itu. Namanya Damar. Tapi selama ini hubungan kami cuma sebatan hubungan pertemanan. Aku tidak berani untuk mendekatinya, mengidolakannya saja aku merahasiakannya dari banyak orang. Bagiku Damar terlalu sempurna untuk cewek miskin seperti aku.Aku tak ada apa-apan
Sejenak lamunanku melayang ke masa sekolah, tempat dimana aku memakai seragam putih abu-abuku. Setiap hari sebelum bel jam masuk sekolah aku selalu menyempatkan diri duduk di depan kelas hanya untuk melihat sosokmu  yang terkadang tak tampak jelas karena selalu saja dikerumuni oleh segerombolan wanita cantik. Yah…Harus aku akui bahwa kamu itu seperti gula yang tanpa undangan khusus para semut akan dengan senang hati mendatangimu, walau mungkin hanya sekedar untuk mencium baumu saja.
Pernah aku mencoba untuk mendekatimu, menawarkan sebuah pertemanan kecil tapi selalu saja gagal. Bagaimana mungkin aku sanggup, melihat bayanganmu saja aku selalu ingin melarikan diri dan bersembunyi. Aku memang terlalu tidak percaya diri, karena mana mungkin orang serba sempurna sepertimu ingin menjadikan aku pacar. Sudahlah, melamun tak akan mungkin membuat aku jadi kaya raya, lagipula itu hanya cerita SMA yang lebih baik aku jadikan dongeng sebelum tidur.
Ditengah teriknya matahari sore yang bersinar, aku masih mengumpulkan koin demi koin dengan mengamen. Lagu itu ku ulang berkali-kali tapi dengan tempat yang berbeda. Hingga tanpa sadar ketika aku selesai menyanyikan lagu itu, aku mendengar suara tepuk tangan dari kejauhan. Samar-samar aku melihat orang yang bertepuk tangan itu. semakin dekat dan dekat sampai aku melihatnya dengan jelas.
Oh Tuhan, aku malu. Aku tak tahu harus berbuat apa. Rasanya dunia berhenti berputar dan cuma aku dan laki-laki itu yang bergerak setelah aku sadar kalau yang barusan memberikan standing aplouse adalah Damar. Si pencipta lagu. Si rembulan yang aku idamkan selama ini.
“Hei Rein, suara kamu bagus ya…” puji Damar
Aku diam, aku malu dan tak tahu harus berbuat apa bahkan untuk menjawab pertanyaannya saja aku harus menyusun huruf satu persatu didalam benakku.
“Hmm, ma, ma makasih Damar..” jawabku terbatah-bata
“Oh ya barusan tadi itu lagu aku kan ?” tanyanya sambil tersenyum simpul.
“Iya, itu emang lagu band kamu,” jawabku grogi
“Wow keren Rein memang orangnya…”
Damar tertawa. Lalu sesekali berdecak kagum kepadaku sampai membuat wajahku merah, rasanya memalukan. Aku masih belum benar-benar sadar. Ada rasa yang bercampur aduk. Antara bahagia lantaran Damar tahu kalau aku penggemar lagunya, juga rasa malu yang tidak bisa ditutup-tutupi. Aku tidak tahan berada di posisi ini, asal kalian tahu kalau aku adalah cewek yang paling pemalu seduniaaaaaa, sejagad raya mungkin, apalagi kalau harus berhadapan dengan seorang laki-laki yang aku suka, rasanya cenat-cenut hati ini. Dengan cepat aku mengambil topi tempat penadah uang-uang koinku. Kabur ah.
“Rein tunggu, buru-buru amat!” Damar memegang tanganku. Dia menghentikan langkahku lalu mengeluarkan uang lima puluh ribu rupiah dan menaruhnya pada topiku yang butut ini.
“Anggap aja aku orang yang terhibur dengan suara kamu…,” katanya sambil tersenyum. Aku menatap matanya yang bening itu. Aku membeku.
“Tapi ini berlebihan Mar, bukannya aku yang harus memberimu royalti atas lagu yang aku pinjam…?” jawabku sambil mengambil kembali uang itu.
“Eitssss, jangan dikembalikan ya Rein, kalo kamu kembaliin aku tidak akan mengizinkan kamu menyanyikan lagi ciptaanku lagi..” ancam Damar
Aku terjebak. I’m absolutely was trapped. Tapi disisi lain aku senang, bahkan senangnya melebihi senang ketika aku menang undian berhadiah gitar butut ini.
“Oh ya udah kalo gitu, thanks ya Mar…,” kataku seraya mengantongi uang itu
“Ya sama-sama..” ucap Damar dengan senyumnya yang menawan itu. Aku makin grogi.
“Kalo gitu aku pergi dulu ya, harus ngamen lagi, biasa kejar setoran. Hehe…”
“Tunggu, aku mau minta sesuatu dari kamu Rein..” kata Damar tiba-tiba. Tiap dia menyebut namaku aku selalu bergetar. That was a magic!  
“Apa?” jawabku.
Damar mengajakku nongkrong bersama teman-teman bandnya yang kebetulan sedang makan disalah satu cafe. Rasanya seperti mimpi saat mendengar ajakan Damar, tubuhku seakan melayang dan jujur saat ini  lututku lemas. Andai saat ini dia bisa mendengar detak jantungku, detaknya sangat kencang sampai aku takut dia menyadarinya. Aku terus berusaha mengontrol perasaanku, mengontrol detak jantungku agar iramanya bisa tetap teratur, mengontrol bola mataku yang mungkin saja ingin meloncat keluar karena bisa memandang Damar dari jarak sedekat ini. Oh Tuhan sungguh indah ciptaan-Mu yang satu ini. Dan ternyata sampai hari ini di hatiku selalu ada tempat terluas untuk dirinya.
Percakapan hari itu menjadi awal dari semua rasa segalanya. Awal dari cintaku terhadap musik dan rasa cinta terhadap lawan jenis.  Dan hanya Tuhan yang tahu betapa aku cinta musik dan aku mencintai laki-laki itu.
 
***
Acara pensi sekolah menjadi awal aku bernyanyi dan ditonton ratusan orang di sekolah ku. Mereka terlihat excited dan tak sabar melihat band favorit sekolah yang selalu menjuarai festival Band antar sekolah tampil mengisi acara pensi hari itu. Apalagi sekarang aku menjadi salah satu vokalis baru yang berduet langsung bersama Damar. Benar-benar kejutan baru bagi semua fans band Damar.
Ya, kalian harus tahu, hasil percakapan aku dan Damar beberapa waktu lalu adalah sebuah tawaran terbesar dalam hidupku. Band mereka ternyata sedang mencari vokalis perempuan untuk berduet dengan Damar. Ia menilaiku sangat berbakat sejak dia mendengar aku menyanyikan lagunya. Apalagi  yang memilihku adalah orang yang tak pernahku sangka, di tempat dan waktu yang tidak sama sekali terduga. Just like a dream come true!!
Hari itu aku dan Damar berduet, menyanyikan hit andalan Band kami dengan penuh semangat dan percaya diri. Sorak meriah dari para penonton membuat acara pensi tahunan kami berlangsung sangat sukses. Aku menikmati hari itu, aku menikmati bernyanyi bersamanya. Dan inilah salah satu bagian terindah dalam hidupku yang pernah aku miliki. Bagian aku dimana merasakan yang namanya rasa cinta.
Di penghujung lagu Damar memelukku. Aku seperti tersengat listrik, aku bingung harus berbuat apa, aku hanya pasrah membiarkan tubuhku didekap erat olehnya dan membiarkan puluhan mata menonton adegan ini. Sungguh aku pasrah. Tak lama telingaku mulai terasa hangat oleh hebusan nafas Damar yang menyerukan pelan namun sangat jelas kutangkap bahwa kata-kata itu berbunyi “I LOVE YOU RAIN” dan selepas dia memeluk tubuh mungilku sekali lagi Damar meneriakan ke penjuru lapangan “I LOVE YOU RAIN!”
 
 
TAMAT
Komentar dari anggota tim Merah:
@dionhermansyach : Ternyata menulis kolaboralis itu menyenangkan loh. Banyak tantangannya dan banyak pembelajarannya. Terima kasih buat nulisbuku.com atas kesempatan luar biasa ini.


Dee Diah : Waaaaah!!!! Jujur ini pengalaman pertamaku. Sungguh rasanya sangat menegangkan, lebih seru dari main tornado di Dufan. Terimakasih untuk nulisbuku.com yang sudah memberiku dan teman-teman baruku kesempatan untuk berkarya. Ini sangat berarti untuk aku agar terus bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik lagi. Semangaaaat!!!



@muthi_fa: pertama kalinya nulis kayak gini, ternyata aku belum ada apa2nya dibanding temen2 smua, apalagi aku terbiasa bikin fiksi yang khayal bgt! haha. susahnya punya ide sendiri2 ya. Terimakasih teman2, juga nulisbuku.com . pokoknya aku akan terus belajar, dan gak akan berhenti nulis. :D

Tentang Cinta #KolaboraLis *Tim Merah*


Cerita ini tentang cinta. Namun bukan cinta yang selama ini kalian kenal.
Cinta memang selalu rumit, sangat jauh dari logika. Love is absolutely nothing! Yang kutahu cinta itu tidak pernah ada artinya. Cinta hanya produk industri musik dan film yang mendayu-dayu dan demi kepentingan komersil semata. Cinta bisa datang dan pergi sesuka hatinya. Aku pun tak yakin aku bisa mencintai seseorang. Atau mungkin setelah ini persepsiku bisa berubah? Who knows and who cares. Cinta itu bagaikan ditabrak truk. kita tak akan pernah tahu dan memperkirakan kapan, dimana dan bagaimana bisa terjadinya. Dan si ‘supir truk’ yang menabrak kita, tak akan bisa bertanggung jawab atas sesuatu yang diperbuatnya.Haha. Itu anugerah atau musibah ya? Namun sesungguhnya cinta itu benar-benar buta, saking butanya cinta kadang bisa mempersatukan majikan dengan pembantu, romeo dan juliet yang orang tua mereka bahkan tidak meresetui,  hachiko dengan tuannya dan bisa mempersatukan dua orang koboy pada film BrokeBack Mountain. Yah cinta memang unik. Sebuah anugerah paling indah yang pernah diciptakan Tuhan yang dimiliki semua mahluk ciptaannya. Cinta selalu hadir pada setiap sisi kehidupan kita, tak peduli orang itu jahat sekalipun, cinta tak pernah permisi untuk menghunuskan anak panahnya dalam waktu yang tidak pernah kita duga. Oh Cinta… Jika kau adalah sebuah buku yang belum selesai kutulis, maka aku akan mengedit semua akhir kisah cintaku menjadi klimaks yang paling laris dipasaran. Hahaa… Tapi Cinta selalu hadir di saat aku belum siap untuk menuliskannya.
Sebenarnya aku tahu, cinta bukan hanya perasaan suka-sukaan semata. Cinta adalah hati, dan dari semuanya, hatilah yang bekerja dan mengambil keputusan. Hatilah yang menjawab pertanyaan dari cinta, dan terkadang memang sulit untuk diterima oleh akal sehat.. Jadi, kesimpulan yang bisa ditarik dari semua hal di atas adalah : Cinta itu begitu rumit, beragam, dan tak seorangpun memahami arti sebenarnya. Sehingga banyak sekali beredar pengertian cinta dalam berbagai versi yang bertujuan mengungkapnya setajam-tajamnya.
Nah, beginilah awal mula kisah cintaku. Pagi itu aku berangkat kerja seperti biasa. Mencari duit demi sesuap nasi dari nada-nada yang kulantunkan di tepi jalan ini. Aku memang hidup dari bermusik, walau banyak orang-orang lalu lalang tak peduli untuk sedetik saja mendengarnya. Namun sebagian dari mereka yang berhati mulia sudi melemparkan koinnya yang tidak seberapa nilainya itu. Kadang aku berpikir bagaimana bisa aku hidup seperti ini terus. Aku bisa mati kalau hanya makan dari koin-koin yang hanya bisa membeli permen. Aku terus menanti keajaiban. Tapi lama-lama aku kesal, rasanya ingin bunuh diri.
Tapi aku cuma pasrah menjalankan pekerjaan ini karena tuntutan hidup. Orang tuaku tak mampu membiayai sekolahku, memaksaku untuk mencari uang tambahan demi kelangsungan masa depanku sendiri. Kebetulan aku tidak memiliki bakat apa-apa selain menyanyi. Jadi daripada menganggur pikirku, aku memutuskan untuk menjadi pengamen jalanan. Oke, mungkin orang menganggap sebelah mata tentang pekerjaan yang aku lakukan ini, tapi apakah kalian menyadari bahwa ada beberapa orang yang terhibur dengan laguku ? Walaupun ibuku dirumah tak segan meneriaki ku setiap aku sedang bernyanyi di kamar mandi, aku tetap kekeuh kalau aku bisa menghibur orang dengan cara ini.
Lalu aku mulai mengamen disekitar jalan-jalan kota yang ramai didatangi orang-orang. Disetiap gerombolan orang yang sedang makan disebelah bangunan-bangunan tua itu, aku memainkan gitar dan bernyanyi lagu andalanku. Lagu yang membuat aku tegar menjalani kehidupan ini dan membuat aku bersabar terhadap orang-orang yang bahkan tidak mau mendengarkan aku bernyanyi, apalagi mengharapkan mereka melemparkan uang koinnya. Lagu ini sebenarnya ciptaan dari seorang vokalis band terkenal di sekolah ku. Jujur, sebenarnya aku bukan hanya menyukai karyanya tapi juga menyukai vokalis itu. Namanya Damar. Tapi selama ini hubungan kami cuma sebatan hubungan pertemanan. Aku tidak berani untuk mendekatinya, mengidolakannya saja aku merahasiakannya dari banyak orang. Bagiku Damar terlalu sempurna untuk cewek miskin seperti aku.Aku tak ada apa-apan
Sejenak lamunanku melayang ke masa sekolah, tempat dimana aku memakai seragam putih abu-abuku. Setiap hari sebelum bel jam masuk sekolah aku selalu menyempatkan diri duduk di depan kelas hanya untuk melihat sosokmu  yang terkadang tak tampak jelas karena selalu saja dikerumuni oleh segerombolan wanita cantik. Yah…Harus aku akui bahwa kamu itu seperti gula yang tanpa undangan khusus para semut akan dengan senang hati mendatangimu, walau mungkin hanya sekedar untuk mencium baumu saja.
Pernah aku mencoba untuk mendekatimu, menawarkan sebuah pertemanan kecil tapi selalu saja gagal. Bagaimana mungkin aku sanggup, melihat bayanganmu saja aku selalu ingin melarikan diri dan bersembunyi. Aku memang terlalu tidak percaya diri, karena mana mungkin orang serba sempurna sepertimu ingin menjadikan aku pacar. Sudahlah, melamun tak akan mungkin membuat aku jadi kaya raya, lagipula itu hanya cerita SMA yang lebih baik aku jadikan dongeng sebelum tidur.
Ditengah teriknya matahari sore yang bersinar, aku masih mengumpulkan koin demi koin dengan mengamen. Lagu itu ku ulang berkali-kali tapi dengan tempat yang berbeda. Hingga tanpa sadar ketika aku selesai menyanyikan lagu itu, aku mendengar suara tepuk tangan dari kejauhan. Samar-samar aku melihat orang yang bertepuk tangan itu. semakin dekat dan dekat sampai aku melihatnya dengan jelas.
Oh Tuhan, aku malu. Aku tak tahu harus berbuat apa. Rasanya dunia berhenti berputar dan cuma aku dan laki-laki itu yang bergerak setelah aku sadar kalau yang barusan memberikan standing aplouse adalah Damar. Si pencipta lagu. Si rembulan yang aku idamkan selama ini.
“Hei Rein, suara kamu bagus ya…” puji Damar
Aku diam, aku malu dan tak tahu harus berbuat apa bahkan untuk menjawab pertanyaannya saja aku harus menyusun huruf satu persatu didalam benakku.
“Hmm, ma, ma makasih Damar..” jawabku terbatah-bata
“Oh ya barusan tadi itu lagu aku kan ?” tanyanya sambil tersenyum simpul.
“Iya, itu emang lagu band kamu,” jawabku grogi
“Wow keren Rein memang orangnya…”
Damar tertawa. Lalu sesekali berdecak kagum kepadaku sampai membuat wajahku merah, rasanya memalukan. Aku masih belum benar-benar sadar. Ada rasa yang bercampur aduk. Antara bahagia lantaran Damar tahu kalau aku penggemar lagunya, juga rasa malu yang tidak bisa ditutup-tutupi. Aku tidak tahan berada di posisi ini, asal kalian tahu kalau aku adalah cewek yang paling pemalu seduniaaaaaa, sejagad raya mungkin, apalagi kalau harus berhadapan dengan seorang laki-laki yang aku suka, rasanya cenat-cenut hati ini. Dengan cepat aku mengambil topi tempat penadah uang-uang koinku. Kabur ah.
“Rein tunggu, buru-buru amat!” Damar memegang tanganku. Dia menghentikan langkahku lalu mengeluarkan uang lima puluh ribu rupiah dan menaruhnya pada topiku yang butut ini.
“Anggap aja aku orang yang terhibur dengan suara kamu…,” katanya sambil tersenyum. Aku menatap matanya yang bening itu. Aku membeku.
“Tapi ini berlebihan Mar, bukannya aku yang harus memberimu royalti atas lagu yang aku pinjam…?” jawabku sambil mengambil kembali uang itu.
“Eitssss, jangan dikembalikan ya Rein, kalo kamu kembaliin aku tidak akan mengizinkan kamu menyanyikan lagi ciptaanku lagi..” ancam Damar
Aku terjebak. I’m absolutely was trapped. Tapi disisi lain aku senang, bahkan senangnya melebihi senang ketika aku menang undian berhadiah gitar butut ini.
“Oh ya udah kalo gitu, thanks ya Mar…,” kataku seraya mengantongi uang itu
“Ya sama-sama..” ucap Damar dengan senyumnya yang menawan itu. Aku makin grogi.
“Kalo gitu aku pergi dulu ya, harus ngamen lagi, biasa kejar setoran. Hehe…”
“Tunggu, aku mau minta sesuatu dari kamu Rein..” kata Damar tiba-tiba. Tiap dia menyebut namaku aku selalu bergetar. That was a magic!  
“Apa?” jawabku.
Damar mengajakku nongkrong bersama teman-teman bandnya yang kebetulan sedang makan disalah satu cafe. Rasanya seperti mimpi saat mendengar ajakan Damar, tubuhku seakan melayang dan jujur saat ini  lututku lemas. Andai saat ini dia bisa mendengar detak jantungku, detaknya sangat kencang sampai aku takut dia menyadarinya. Aku terus berusaha mengontrol perasaanku, mengontrol detak jantungku agar iramanya bisa tetap teratur, mengontrol bola mataku yang mungkin saja ingin meloncat keluar karena bisa memandang Damar dari jarak sedekat ini. Oh Tuhan sungguh indah ciptaan-Mu yang satu ini. Dan ternyata sampai hari ini di hatiku selalu ada tempat terluas untuk dirinya.
Percakapan hari itu menjadi awal dari semua rasa segalanya. Awal dari cintaku terhadap musik dan rasa cinta terhadap lawan jenis.  Dan hanya Tuhan yang tahu betapa aku cinta musik dan aku mencintai laki-laki itu.
 
***
Acara pensi sekolah menjadi awal aku bernyanyi dan ditonton ratusan orang di sekolah ku. Mereka terlihat excited dan tak sabar melihat band favorit sekolah yang selalu menjuarai festival Band antar sekolah tampil mengisi acara pensi hari itu. Apalagi sekarang aku menjadi salah satu vokalis baru yang berduet langsung bersama Damar. Benar-benar kejutan baru bagi semua fans band Damar.
Ya, kalian harus tahu, hasil percakapan aku dan Damar beberapa waktu lalu adalah sebuah tawaran terbesar dalam hidupku. Band mereka ternyata sedang mencari vokalis perempuan untuk berduet dengan Damar. Ia menilaiku sangat berbakat sejak dia mendengar aku menyanyikan lagunya. Apalagi  yang memilihku adalah orang yang tak pernahku sangka, di tempat dan waktu yang tidak sama sekali terduga. Just like a dream come true!!
Hari itu aku dan Damar berduet, menyanyikan hit andalan Band kami dengan penuh semangat dan percaya diri. Sorak meriah dari para penonton membuat acara pensi tahunan kami berlangsung sangat sukses. Aku menikmati hari itu, aku menikmati bernyanyi bersamanya. Dan inilah salah satu bagian terindah dalam hidupku yang pernah aku miliki. Bagian aku dimana merasakan yang namanya rasa cinta.
Di penghujung lagu Damar memelukku. Aku seperti tersengat listrik, aku bingung harus berbuat apa, aku hanya pasrah membiarkan tubuhku didekap erat olehnya dan membiarkan puluhan mata menonton adegan ini. Sungguh aku pasrah. Tak lama telingaku mulai terasa hangat oleh hebusan nafas Damar yang menyerukan pelan namun sangat jelas kutangkap bahwa kata-kata itu berbunyi “I LOVE YOU RAIN” dan selepas dia memeluk tubuh mungilku sekali lagi Damar meneriakan ke penjuru lapangan “I LOVE YOU RAIN!”
 
 
TAMAT
Komentar dari anggota tim Merah:
Dion Hermansyach : Ternyata menulis kolaboralis itu menyenangkan loh. Banyak tantangannya dan banyak pembelajarannya. Terima kasih buat nulisbuku.com atas kesempatan luar biasa ini.


Dee Diah : Waaaaah!!!! Jujur ini pengalaman pertamaku. Sungguh rasanya sangat menegangkan, lebih seru dari main tornado di Dufan. Terimakasih untuk nulisbuku.com yang sudah memberiku dan teman-teman baruku kesempatan untuk berkarya. Ini sangat berarti untuk aku agar terus bisa menghasilkan tulisan yang lebih baik lagi. Semangaaaat!!!



@muthi_fa: pertama kalinya nulis kayak gini, ternyata aku belum ada apa2nya dibanding temen2 smua, apalagi aku terbiasa bikin fiksi yang khayal bgt! haha. susahnya punya ide sendiri2 ya. Terimakasih teman2, juga nulisbuku.com . pokoknya aku akan terus belajar, dan gak akan berhenti nulis. :D

TRAPPED

Aku hampir tidak sadar jika sebenarnya aku terjebak didalam pekerjaan yang sesungguhnya aku sangat tidak sukai. Walaupun pekerjaan ini bukan tujuan dari hidupku tapi aku bersyukur aku pernah terjebak disini. Aku belajar banyak hal, tentang sebuah keserakahan umat manusia. Menghilangkan nurani ku sebagai manusia yang aku korbankan demi segepok uang jutaan rupiah. Tak pernah terbayangkan jika aku bekerja seperti ini, tapi aku cuma tahu bahwa Tuhan punya segala rencana besar dengan memberikan aku banyak sekali batu lompatan sebelum akhirnya aku sadar bahwa aku terjebak dan aku harus berusaha keras keluar dari jebakan ini. Sampai aku mebuat blog ini aku belum bisa lepas dari jebakan itu. Aku sedang mempersiapkan banyak hal agar aku bisa membuat kunci untuk melepaskan borgol ini. Hanya aku dan Tuhan yang tahu betapa setiap hari aku bertanya kapan aku bisa terbang bebas, meraih impian ku dengan caraku sendiri. Dengan menjadi seorang penulis.