Selasa, 12 Juli 2011

THE KEY

Semakin hari aku merasa benar-benar terjebak. Terlalu sulit untukku membuat kunci demi membuka perangkap itu. Mereka mengunciku dengan sangat kuat hingga aku tidak bisa kemana-kemana. Aku hanya terus bertahan dan mencoba untuk mengahncurkan jebakan yang sudah 2 tahun ini membelenggu hidupku. Oh Tuhan, aku dihadapkan antara 2 pilihan. Tetap bertahan pada kondisi seperti ini lalu fokus demi kebahagiaan orang tua dan adik-adikku, atau aku memutuskan untuk mengambil pilihan kedua, menjadi penulis lalu mengorbankan apa yang akan aku dapatkan dengan instan Perusahaan ini. Mereka selalu bilang kalau aku tetap mengikuti idealisku maka sama saja aku egois,aku memikirkan kesenangan pribadi ku sendiri tanpa peduli dengan Ibu dan adik-adikku di sana. Dan kalaupun aku keluar secara paksa tanpa membuat kunci pembuka jebakan itu, apakah aku akan bisa bertahan dengan kejamnya Kota Jakarta ini ? Ketakutan itu selalu menghantui hari-hari ku, aku benar-benar 'benar' stuck pada situasi ini, aku bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Lalu kamu hadir, ya kamu, yang barusan memberikan ku coklat pesanan teman-teman ku. Aku bukan berharap pada coklat itu, tapi aku cuma berharap melalui coklat itu kita bisa bersama lagi, seperti dulu. Tapi itu sulit, kamu membuatku putus asa dengan sikap cuek mu itu. Respon mu terhapad ku hanya sebatas respon terhadap coklat yang aku 'sengaja' pesan demi bertemu denganmu, walaupun hanya sedetik. Aku cuma berharap suatu saat melalui coklat swiss harga nasional yang kamu bilang barusan bisa membuat kita kembali bersatu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar